Mieno Mabolu KUNE

kasdinmabolu.blogspot.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Friday, January 11, 2013



OLEH : KASDIN MABOLU 
IESP UNHALU 2012

EKONOMI MANAJEMEN

I. ABSTRAKSI
Dalam perkembangan dunia pendidikan di Indonesia saat ini, membuka peluang bagi beberapa usaha percetakan dan penerbitan buku-buku pelajaran untuk menunjang proses belajar mengajar yang sangat dibutuhkan para siswa-siswi di Indonesia. Dengan makin banyaknya perusahan percetakan yang berdiri di Indonesia, makan para pengusaha percetakan perlu melakukan pengelolaan manajemen risiko terhadap perusahaannya agar dapat menganalisa serta melakukan berbagai langkah-langkah dan keputusan-keputusan yang diambil apabila terjadi suatu risiko. Karena suatu risiko dapat terjadi setiap saat, kapan pun dan dimanapun.
Sebagai pengelola perusahaan percetakan harus cermat dalam menganalisa setiap risiko yang ada dan harus segera mengambil langkah-langkah (metode) untuk menangani kemungkinan risiko yang terjadi. Seorang pengusaha percetakan akan dapat mempertahankan perusahaannya serta dapat bersaing dengan perusahaan percetakan lain apabila pengusaha tersebut dapat menganalisa berbagai risiko serta dapat segera mengatasi risiko tersebut. Oleh karena itu, berikut ini penulis berusaha melakukan sedikit analisa terhadap risiko yan ada dalam perusahaan percetakan dan diharapkan dapat membantu memberikan sedikit gambaran para pengusaha percetakan dalam menganalisa berbagai risiko dalam bidang usaha percetakan.
Untuk lebih jelasnya,

II. PEMBAHASAN
Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang kita umumnya secara intuitif sudah memahami apa yang dimaksudkan. Tetapi pengertian secara ilmiah dan risiko sampai saat ini masih tetap beragam. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu (Arthur Williams dan Richard. M.H). Sedangkan (A. Abas Salim) mengatakan bahwa risiko adalah ketidak-tentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss).
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil sedikit kesimpulan bahwa risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga atau tidak diinginkan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang bila terjadi sesuatu akan mengakibatkan kerugian.
Risiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara, antara lain:
1. Menurut sifatnya risiko dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Risiko yang tidak disengaja (risiko murni), adalah risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja, misalnya: risiko terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian, penggelapan, pengacuauan, dll.
b. Risiko yang disengaja (risiko spekulatif), adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar terjadi ketidakpastian yang memberikan keuntungan kepadanya, seperti risiko hutan-piutang, perjudian, perdagangan berjangka, dll.
c. Risiko fundamental adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau berberapa orang saja, tetapi banyak orang, seperti banjir, angin topan, gempa, dan bencana alam lainnya.
d. Risiko khusus, adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal landas, pesawat jatuh, tabrakan mobil, dll.
e. Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan (dinamika) masyarakat dibidang ekonomi, ilmu dan teknologi, seperti risiko penerbangan luar angkasa dan risiko keusangan.
2. Menurut sumber atau penyebab timbulnya, risiko dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Risiko intern, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti kerusakan aktiva karena ulah karyawannya sendiri, kecelakaan kerja, mismanajemen, dll.
b. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan, seperti risiko pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan policy pemerintah, dll.
Sesuai dengan sifat dan obyek yang terkena risiko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan pengusaha (perusahaan) untuk meminimumkan risiko kerugian, antara lain:
1. Mengadakan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan tejadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan bahan yang anti terbakar untuk mencegah kebakaran dan membeli mesin-mesin yang aman dioperasikan untuk mencegah kecelakan kerja.
2. Melakukan retensi, artinya mentolelir terjadinya kerugian, membiarkan terjadinya kerugian dan untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya.
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contohnya melakukan hedging (perdagangan berjangka) untuk menganggulangi risiko kelangkaan dan fluktuasi harga bahan baku yang diperlukan.
4. Mengalihkan atau memindahkan risiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi terhadap risiko tertentu.

Pentingnya Melakukan Manajemen Risiko
Sebagai seorang pengusaha percetakan hendaknya dapat melakukan analisa terhadap risiko-risiko yang mungkin akan dialami dalam menjalankan usaha yang dikelolanya dengan cara manajemen risiko. Secara sederhana pengertian manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program penanggulangan risiko. Jadi, pada hakekatnya seorang pengusaha sebagai pengelola perusahaan harus menjawab pertanyaan:
Risiko apa saja yang dihadapi perusahaan?
Bagaimana dampak risiko-risiko tersebut terhadap bisnis perusahaan?
Risiko-risiko mana yang dapat dihindari, yang dapat ditangani sendiri dan yang mana yang harus dipindahkan kepada perusahaan asuransi?
Metode mana yang paling cocok dan efisien untuk menghadapinya serta bagaimana hasil pelaksanaan strategi penanggulangan risiko yang telah direncanakan?
Pentingnya mempelajari manajemen risiko bagi seorang pengusaha atau pengelola perusahaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu:
1. Seseorang sebagai anggota organisasi/perusahaan, terutama seorang manajer akan dapat mengetahui cara-cara/metode yang tepat untuk menghindari atau mengurangi besarnya kerugian yang diderita perusahaan, sebagai akibat ketidakpastian terjadinya peristiwa yang merugikan (peril).
2. Seseorang sebagai pribadi:
a. Dapat menjadi seorang manajer risiko yang profesional dalam jangka waktu yang relatif cepat daripada yang belum pernah mempelajarinya.
b. Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi manajer risiko dari perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi anggota.
c. Dapat lebih berhati-hati dalam mengatur kehidupan pribadinya sehari-hari.

Metode Pengidentifikasian Risiko
Dalam melakukan identifikasi risiko ada beberapa metode yang dapat dilakukan oleh seorang pengusaha. Berikut ini beberapa metode pengidentifikasian risiko yang cocok untuk diterapkan di dalam mengelola bisnis/perusahaan percetakan, antara lain:
1. Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisa neraca, laporan pengoperasian dan catatan-catatan pendukung yang akan dapat diketahui/diidentifikasi semua harta kekayaan, hutang-hutangnya, dsb. Sehingga dengan merangkaikan laporan-laporan tersebut dan berdasarkan ramalan-ramalan anggaran keuangan akan dapat menentukan penanggulangan risiko di masa mendatang.
2. Membuat flow-chart aliran barang mulai dari bahan mentah sampai menjadi barang jadi akan dapat diketahui risiko-risiko yang dihadapi pada masing-masing tahap dari aliran tersebut.
3. Dengan inspeksi langsung di tempat, artinya dengan mengadakan pemeriksaan secara langsung di tempat dimana dilakukan operasi/aktivitas perusahaan. Sehingga dari pemeriksaan/ pengamatan itu, pengusaha akan dapat belajar banyak mengenai kenyataan-kenyataan di lapangan, yang akan sangat bermanfaat bagi upaya penanggulangan risiko.
4. Mengadakan interaksi dengan departemen/bagian-bagian dalam perusahaan. Misalnya dengan mengadakan kunjungan ke departemen/bagian-bagian yang ada di dalam perusahaan.
5. Mengadakan interaksi dengan pihak luar, artinya mengadakan hubungan dengan perseorangan atau perusahaan-perusahaan lain, terutama pihak-pihak yang dapat membantu perusahaan dalam penanggulangan risiko, seperti: Bank, perusahaan asuransi, dan perusahaan percetakan yang lain.
6. Melakukan analisa terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat dengan pihak lain, misalnya: para agen dan distributor buku yang tidak dapat memenuhi kewajibannya serta denda keterlambatan memenuhi kewajibannya.
7. Membuat dan menganalisa catatan/statistik mengenai berbagai macam kerugian yang telah diderita. Dari catatan-catatan tersebut akan dapat diperhitungkan kemungkinan terulangnya suatu jenis risiko tertentu.
8. Mengadakan analisa lingkungan, yang sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko potensial, seperti: konsumen, supplier, penyalur (agen dan distributor), pesaing, dan penguasa (pembuat peraturan/perundang-undangan).

Prinsip-Prinsip Pengendalian Risiko
Pengertian identifikasi risiko secara singkat adalah suatu proses dengan mana suatu perusahaan secara sistematis dan terus-menerus mengidentifikasi property, liability, dan personnel exposures sebelum terjadinya peril. Jadi yang diidentifikasi adalah peril yang dapat menimpa harta milik dan personil perusahaan serta kewajiban yang menimbulkan kerugian.
Sebagai seorang pengusaha/pengelola perusahaan dapat melakukan manajer risiko dengan membuat daftar (chek-list) semua kerugian yang dapat menimpa semua aspek bisnis/perusahaan dan dengan pendekatan yang sistematis mencari kerugian-kerugian potensial yang mana dari chek-list tersebut yang dapat menimpa perusahaannya. Seluruh kerugian potensial yang dapat menimpa bisnis/perusahaan percetakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Kerugian atas harta kekayaan (property exposures).
a. Kerugian langsung, yaitu kerugian yang langsung dapat dihubungkan dengan biaya penggantian atau perbaikan terhadap harta yang terkena peril, misalnya: gedung yang terbakar, peralatan yang dicuri, mesin-mesin yang sudah mulai rusak.
b. Kerugian tidak langsung, yaitu kerugian yang tidak langsung dihubungkan dengan peril yang terjadi, yaitu kerugian yang diakibatkan oleh rusaknya barang yang terkena peril, misalnya: tidak berfungsinya komputer serta mesin-mesin cetak akibat gardu listriknya rusak disambar petir dan upaya yang harus dibayar pada saat perusahaan tidak berproduksi karena alat-alat produksinya yang terkena peril.
c. Kerugian atas pendapatan, misalnya batalnya kontrak penjualan karena perusahaan tidak berproduksi untuk sementara waktu sebagai akibat tidak berfungsinya alat produksinya rusak berat.
2. Kerugian berupa kewajiban kepada pihak lain (liability losses/exposures).
Liability losses adalah kerugian yang berupa kewajiban kepada pihak lain yang merasa dirugikan, akibat kesalahan dari bisnisnya. Contohnya: Ganti rugi yang harus diberikan oleh perusahaan kepada agen/distributor buku disebabkan oleh kesalahan dan kerusakan dalam pengiriman buku-buku tersebut.
3. Kerugian personil (personnel losses/expusures).
Kerugian personil adalah kerugian akibat peril yang menimpa personil atau orang-orang yang menjadi anggota dari karyawan perusahaan (termasuk keluarganya). Contohnya: Kerugian yang menimpa keluarga karyawan akibat kematian dan cacat akibat kecelakaan kerja.

Metode Penanganan Risiko
Pada pokoknya ada dua pendekatan/cara yang digunakan dalam menanggulangi risiko yang dihadapi oleh perusahaan, yaitu:
1. Penanganan risiko (risk control), antara lain dengan metode:
a. Menghindarinya.
b. Mengendalikan.
c. Memisahkan.
d. Melakukan kombinasi atau pooling.
e. Memindahkan.
2. Pembiayaan risiko (risk financing), antara lain dengan metode: pemindahan risiko melalui asuransi dan melakukan retensi.
Dalam mengendalikan kerugian (loss control), pengusaha dapat melakukan analisa kerugian dan analisa Hazard. Sebagai langkah awal dalam pengendalian risiko adalah melakukan identifikasi dan analisa terhadap kerugian-kerugian yang telah terjadi dan Hazard yang menyebabkan suatu kerugian atau yang mungkin menyebabkannya di masa mendatang.
Sedangkan analisa Hazard harus tidak dibatasi hanya pada Hazard yang telah mengakibatkan terjadinya peril di perusahaannya saja. Perlu pula menyelidiki Hazard yang mungkin akan muncul, Hazard dari pengalaman perusahaan lain atau pengalaman dari perusahaan asuransi. Alat-alat yang dapat digunakan dalam menemukan Hazard melalui inspeksi antara lain chek-list dan fault tree analysis.

III. KESIMPULAN
Sebagai pengelola perusahaan percetakan harus cermat dalam menganalisa setiap risiko yang ada dan harus segera mengambil langkah-langkah (metode) untuk menangani kemungkinan risiko yang terjadi. Seorang pengusaha percetakan akan dapat mempertahankan perusahaannya serta dapat bersaing dengan perusahaan percetakan lain apabila pengusaha tersebut dapat menganalisa berbagai risiko serta dapat segera mengatasi risiko tersebut.
Pengelolaan penanggulangan risiko (manajemen risiko) tersebut meliputi langkah langkah:
1. Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-usur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko yang dihadapinya.
2. Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi semua unsur ketidakpastian, misalnya dengan membuat perencanaan yang baik dan cermat.
3. Berusaha untuk mengetahui korelasi dan konsekuensi antar peristiwa, sehingga dapat diketahui risiko-risiko yang terkandung di dalamnya.
4. Berusaha untuk mencari dan mengambil langkah-langkah (metode) untuk menangani risiko-risiko yang telah berhasil diidentifikasi (mengelola risiko yang dihadapi).

IV. DAFTAR PUSTAKA
A Abas Salim, Dasar-Dasar Asuransi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 1993.
Darmawi Herman, Manajemen Risiko, Bumi Aksara, Jakarta, 1994.
Ferdinan Silalahi, Manajemen Risiko dan Asuransi, PT. Gramedia Pustaka Utama. 1997.
Williams. C. Arthur, Jr. Heins. Richard M, Risk Management and Insurance. Sixth McGraw-Hill International Editions. Singapore. 1998.

No comments:

Aliran agama di Indonesia

Aturan Bidik Misi Unhalu
Oleh : K A S D I N
 
Haruskah Penerima Beasiswa Misi Unhas Tinggal di Asrama?

Assalamu'alaikumSy mau tnya apakah semua penerima beasiswa bidik misi UNHAS harus tinggal di asrama 082345147062

Tinggal di Asrama Mahasiswa  Setahun
Terima kasih atas pertanyaannya. Perlu kami sampaikan bahwa semua penerima beasiswa misi Unhas harus berdomisili di asrama selama satu tahun. Namun bila penerima beasiswa tersebut berdomisili di Makassar dipertimbangkan untuk bisa tidak tinggal di asrama mahasiswa  Unhas.

Dahlan Abubakar
Humas Unhas

Penulis : Muh. Taufik
Editor : Ridwan Putra

Thursday, January 10, 2013

               

PENGANGGURAN


Nama : kasdin mabolu
Kelas : a
Npm : b1a1 12 016
PENGERTIAN PENGANGGURAN
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnyakemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.Jenis & macam pengangguran
Berdasarjan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
§  Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
§  Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
§  Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam:
§  Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.
§  Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
§  Pengangguran struktural (structural unemployment)
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti:
1.      Akibat permintaan berkurang
2.      Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3.      Akibat kebijakan pemerintah
§  Pengangguran musiman (seasonal Unemployment)
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
§  Pengangguran siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
§  Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
§  Pengangguran siklus
Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi. Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate demand).
Penyebab Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomiankarena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Akibat pengangguran
Bagi Perekonomian Negara
1.      Penurunan pendapatan perkapita.
2.      Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
3.      Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
Bagi Masyarakat
1.      Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
2.      Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
3.      Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Peringkat negara berdasar tingkat pengangguran
Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut.
Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
§  Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.
§  Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.
§  Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
§  Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
§  Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya.
§  Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru.
§  Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry.
§  Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya.
§  Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatanjalan rayaPLTUPLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Cara Mengatasi Pengangguran Musiman
Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara sebagai berikut.
§  Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain, dan
§  Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Cara Mengatasi Pengangguran Siklus
Untuk mengatasi pengangguran jenis ini antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai berikut.
§  Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
§  Meningkatkan daya beli masyarakat.
PENGERTIAN INFLASI
Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga (2001: 237) menyatakan bahwa inflasi adalah suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Menurut Rahardja (1997: 32) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi.
Sementara itu Eachern (2000: 133) menyatakan bahwa inflasi adalah kenaikan terus-menerus dalam rata-rata tingkat harga. Jika tingkat harga berfluktuasi, bulan ini naik dan bulan depan turun, setiap adanya kenaikan kerja tidak berarti sebagai inflasi. Sedangkan Sukirno (2004: 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Selanjutnya BPS (2000: 10) mendefinisikan inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dari indeks harga konsumen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi barang.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak dikatakan inflasi dan kenaikan harga terhadap satu jenis komoditi juga tidak dikatakan inflasi.
Ada beberapa cara yang dikemukakan untuk menggolongkan jenis-jenis inflasi. Penggolongan pertama didasarkan pada parah atau tidaknya inflasi tersebut. Sukirno (2005: 11) membedakan beberapa macam inflasi yaitu:
1. Inflasi Merayap (inflasi yang terjadi sekitar 2-3 persen per tahun)
2. Inflasi Sederhana (inflasi yang terjadi sekitar 5-8 persen per tahun)
3. Hiperinflasi (inflasi yang tingkatnya sangat tinggi yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua kali lipat atau lebih dalam tempo satu tahun.
Sedangkan menurut Nanga (2005: 247) dilihat dari tingkat keparahannya, inflasi dapat dipilah dalam tiga kategori: 
a. Inflasi sedang (moderate inflation)
Yaitu inflasi yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat, dan tidak terlalu menimbulkan distorsi pada pendapatan dan harga relatif.
b. Inflasi ganas (galloping inflation)
Yaitu inflasi yang mencapai antara dua atau tiga digit seperti 20, 100 atau 200 persen per tahun dan dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius dalam perekonomian.
c. Hyperinflasi (Hyperinflation)
Yaitu tingkat inflasi yang sangat parah, bisa mencapai ribuan bahkan milyar persen per tahun, merupakan jenis yang mematikan.

Jenis inflasi dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya (Nanga, 2005: 245):
a. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. 
b. Inflasi dorongan biaya
Inflasi yang terjadi sebagai akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi perusahaan. 
c. Inflasi struktural
Inflasi yang terjadi akibat dari berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran menjadi tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat.
KETERKAITAN PENGANGGURAN DENGAN INFLASI
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyaraka. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil. Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.
http://putrijulaiha.wordpress.com/2011/03/22/hubungan-pengangguran-dan-inflasi-di-indonesia/